Langsung ke konten utama

teori smart city

Pengertian Smart City
Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas/pintar yang membantu masyarakat yang berada di dalamnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatannya atau pun mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya. Smart City cenderungmengintegrasikan informasi di dalam kehidupan masyarakat kota.definisi lainnya Smart City didefinisikan juga sebagai  kota yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat  (Caragliu,A., dkk dalam Schaffers,2010:3). Kourtit & Nijkamp (2012) mengungkapkan bahwa Smart City telah menjadi landmark dalam perencanaan kota. Smart City merupakan hasil dari pengembangan pengetahuan yang intensif dan strategi kreatif dalam peningkatan kualitas sosial-ekonomi, ekologi, daya kompetitif kota. Kemunculan Smart City merupakan hasil dari gabungan modal sumberdaya manusia (contohnya angkatan kerja terdidik), modal infrastruktur (contohnya fasilitas komunikasi yang berteknologi tinggi), modal sosial (contohnya jaringan komunitas yang terbuka)dan modal entrepreuneurial (contohnya aktifitas bisnis kreatif). Pemerintahan yang kuat dan dapat dipercaya disertai dengan orang-orang yang kreatif dan berpikiran terbuka akan meningkatkan produktifitas lokal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu kota.
Dari Pengertian diatas bisa disimpulkan kalau smart city itu sebuah kota pintar yang membantu masyarakat disuatu kota untuk bisa mengelola apa yang ada disekitarnya denga sebaik mungkin dan memebantu masyarakat untuk hidup lebih baik, dan nyaman akan kotanya.Smart city diidentifikasikan pada 6 sumbu utama yaitu
  • Smart Goverment( Pemenrintahan Pintar)
  • Smart Economy (Ekonomi Pintar )
  • Smart Live (Hidup pintar)
  • Smart Living(Lingkungan pintar)
  • Smart People(Orang/Masyarakat Pintar)
  • Smart Mobility (Mobilitas pintar)
  1. Pengertian 6 Sumbu Utama Smart City
  • Ekonomi pintar (inovasi dan persaingan) : maksudnya ini adalah semakina tinggi inovasi-inovasi baru yag ditinkatkan maka akan menamnabah peluang usaha baru dan mningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
  • Mobilitas pintar (transportasi dan infrastruktur) : Pengelolaan infrastruktur kota yang dikembangkan di masa depan merupakan sebuah sistern pengelolaan terpadu dan diorientasikan untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan publik.
  • Masyarakat pintar (kreativitas dan modal sosial) : Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan usahanya. Modal sosial termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, gotong royong, toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan
  • Lingkungan pintar (keberlanjutan dan sumber daya) : lingkungan pintar itu berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan,Keberrlanjutan sumber daya,keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak,bagi masyarakat dan publik.lingkngan yang bersih tertata, RTH yang stabil merupakancontoh dari penerapan lingkungan yang pintar.
  • Cerdas hidup (kualitas hidup dan kebudayaan) : Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.
  • Pemerintahan yang cerdas (pemberdayaan dan partisipasi). : Kunci utama keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip “desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan berdaya saing”.


Tujuan Smart City
Tujuan dari konsep smart city ini adalah untuk mengatasi berbagai karakteristik inovasi ekosistem oleh semua gagasan smart city diantaranya menjadi kota hijau, saling berhubungan, terpadu untuk semua lapisan dan bentuk kota. Perencanan smart city menggunakan model referensi untuk menentukan konsep tata letak kota yang cerdas dan berkarakter. Smart city ini pada intinya memiliki 6 dimensi yaitu ekonomi yang cerdas, mobilitas cerdas, lingkungan pintar, orangnya cerdas, cerdas dalam hidup dan akhirnya pemerintahan yang cerdas pula. Konseptual Smart city dapat digunakan juga untuk evaluasi kemampuan inovatif pererencanaan kota. Selain itu model ini juga dapat untuk sinkronisasi dan pengoptimalan kota investasi dalam ekonomi dan broadband.Tujuan utama dari pembangunan sebuah “Kota Pintar” (Smart City) adalah bagaimana kita melestarikan lingkungan, meningkatkan daya saing ekonomi dan membangun masyarakat yang madani. Institut investasi Indonesia (3i) bersama Federasi Pembangunan Perkotaan Indonesia (FePPI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) berkepentingan untuk memulai kampanye pembangunan perkotaan di Indonesia agar menjadi lebih cerdas dan lebih sukses, sebuah “Kota Pintar” yang mampu mendukung masyarakatnya untuk hidup makmur, adil dan sejahtera.
Perspektif teknologi-sentris saja tidak akan membuat sebuah kota menjadi lebih pintar, modern, berkelanjutan dan menarik. Tantangan integrasi melibatkan lebih dari sekedar teknologi, tetapi juga mencakup seluruh paket layanan kota, termasuk pengelolaan sumber daya alam, transportasi, perkantoran dan perumahan, kesehatan, pengelolaan sampah, pendidikan, kebudayaan, pariwisata dan pelayanan masyarakat.Dengan kata lain, kebutuhan untuk mengintegrasikan semua perangkat kota meluas ke segala bidang yang akhirnya membuat sebuah kota layak untuk dihuni. Ini termasuk struktur organisasi pelayanan masyarakat, perencanaan pembangunan kota dan pengelolaannya. Kota yang maju di seluruh dunia secara aktif berinovasi dengan menggunakan teknologi tinggi untuk memberikan pelayanan maksimal kepada warganya.
Para pemimpin dan perencana kota seharusnya terus berkordinasi memaksimalkan penggunaan teknologi terbarukan, untuk meningkatkan pelayanan publik dengan managemen yang efektif dan terbuka.Untuk mencapai tujuan ini perlu dilakukan pengintegrasian berbagai teknologi seperti; menggunakan alat pengukur canggih, pembuatan kendaraan bertenaga listrik serta desain bangunan yang modern dan pintar. Ini semua dapat memberikan efisiensi energi pada bidang transportasi, konstruksi, pengelolaan perumahan, area bisnis dan gedung pemerintahan.Tidak kalah pentingnya, perlu dibangun sistem koneksi yang bisa menghubungkan semua jaringan listrik dengan teknologi informasi dan telekomunikasi sehingga dapat memberikan pelayanan listrik yang maksimal, aman, murah, ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi emisi karbon.Salah satu ciri terpenting dari sebuah kota pintar adalah adanya landasan yang sama dan dapat diukur, yang tidak berdasarkan kepemilikan tetapi harus dapat saling terkoneksi. Infrastruktur ini memanfaatkan teknologi tinggi dan arsitektur yang terintegrasi sehingga dapat dengan mudah dibangun dan dipelihara pada seluruh domain pelayanan perkotaan.Ini adalah pondasi dari seluruh pelayanan perkotaan dalam satu kesatuan sistem pintar yang saling terintegrasi,sehingga dapat berinteraksi secara efektif melalui sebuah pusat kontrol.
Contoh Fasilitas Kota Berkonsep Smart City
Teknologi modern serta perencanaan kota yang ramah lingkungan telah menghasilkan sejumlah inovasi baru. Banyak kota besar di dunia berusaha meningkatkan keseimbangan secara berkelanjutan, yang akan menjadi daya tarik kota itu sendiri. Berbagai macam inovasi berkembang ke berbagai unsur layanan kota pintar. Berikut adalah contoh dari fasilitas kota dengan konsep “Smart City”
  • Perumahan dan Gedung Perkantoran
Untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam pengoperasian bangunan dan konstruksi, di beberapa kota telah dilakukan perbaikan pada infrastruktur serta sertifikasi bangunan untuk mengurangi penggunaan listrik dan air. Penggunaan “smart metering” dan “smart building” teknologi membantu memaksimalisasi kontrol penggunaan.Pengaturan kode etik dalam proses pembangunan, standarisasi dan sertifikasi adalah salah satu cara penting untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan. Banyak kota telah menjalankan program pengawasan kodeetik dan standar dalam proses pembangunan dan renovasi gedung.
  • Pengelolaan sumber daya alam
Dalam hal pasokan dasar sumber daya alam, banyak kota yang bekerja keras untuk mengurangi intensitas karbon dari energi yang digunakan masyarakat serta meningkatkan efektifitas, efisiensi pasokan dan jaringan distribusi.Berbagai sumber energi terbarukan seperti energi tenaga air, angin, sampah, ombak, matahari, dan panas bumi akan menjadi sumber energi penting. Pada tahun 2010, lebih dari 100 negara telah menetapkan target untuk energi terbarukan, naik dari hanya 55 negara pada tahun 2005. Sampai tahun 2020 penggunaan energi terbarukan ditargetkan sekitar 15% hingga 25%, tetapi ada beberapanegara sudah melampaui target ini
  • Kesehatan dan keselamatan
Teknologi informasi dan telekomunikasi secara inovatif telah mengubah kemampuan kota untuk menyediakan.pelayanan kesehatan jarak jauh kepada masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di panti jompo dan daerah terpencil.Penerapan teknologi modern merupakan bagian terpenting dari proyek ini.Beberapa pasien dilengkapi dengan perangkat yang dapat mengukur tekanan darah dan glukosa darah secara otomatis, menggunakan sebuah televisi “set-top box” yang berfungsi sebagai computer yang mampu meng-upload hasil tes ke Service Center Telecare.Para perawat kemudian menganalisa hasil diagnosa tersebut dan merekomendasikan perawatan yang diperlukan.Salah satu manfaat dari program ini adalah bahwa pasien tidak harus meninggalkan tempat tinggalnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
  • Pendidikan dan budaya
Model pelayanan pendidikan pada kota pintar (Smart City) baik negeri maupun swasta, diterapkan terutama menggunakan teknologi modern. Termasuk penyediaan fasilitas untuk kegiatan rekreasi dan kebudayaan seperti :musik, teater, olahraga dan kegiatan rekreasi lainnya. Tidak kalah pentingnya, pendidikan dalam konteks Kota Pintar (Smart City) adalah kebutuhan untuk melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan, dimana akan terjadi perubahan perilaku untuk menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan keseluruhan aspek keberlanjutan dan kesehatan lingkungan kota.
Faktor-faktori Pertimbangan Perencanaan Smart City
Berikut ini adalah beberapa faktor yang penting untuk dipertimbangkan saat merencanakan sebuah kota menjadi Smart City.
  • Mendorong dan mengembangkan pola baru struktur
kepemimpinan dan tata kelola Kota dan para pelaku usaha harus dapat bekerjasama dalam
memperjuangkan konsep Smart City, menyikapi tantangan dengan bijaksana untuk mendapatkan keberhasilan dalam melayani masyarakat. Pemimpin Kabupaten/Kota perlu kepercayaan dan dukungan dari mitra usaha; demikian juga sebaliknya, para pelaku usaha membutuhkan dukungan dari
  • Para pemimpin kota.
Bekerjasama dengan melibatkan semua pihakUntuk berhasil melaksanakan misi sebagai Kota pintar, Pemimpin Kabupaten/Kota harus dapat bekerjasama menyelaraskan kepentingan dan tujuan dari berbagai sektor, lembaga masyarakat, sektor swasta dan seluruh komponen masyarakat.
  • Membangun dan menggunakan infrastruktur pintar
Pemimpin Kabupaten/Kota harus mulai menjajaki teknologi dan konsep infrastruktur yang modern, terintegrasi dan pintar. Dengan menghadiri Konferensi dan pameran teknologi di seluruh dunia sehingga memiliki pengetahuan dan menimba pengalaman dari berbagai kota di negara lain sehingga akan lebih mudah untuk memulai inisiatif pembangunan kota pintar di daerahnya.
  • Mempersiapkan model pembiayaan yang mampu
menjawab tantangan dan peluang ke depanModel standar pembiayaan investasi infrastruktur
konvensional biasanya tidak memadai dalam membangun sebuah kota pintar, sehingga diperlukan model dan pendekatan baru. Misalnya, menggunakan tabungan dari teknologi dengan model jatuh tempo seperti smart meter, bisa mendanai penelitian teknologi lainnya dan pengembangan bersama berbagai bagian dari infrastruktur pintar.
Contoh :
Kawasan Amerika
New York
Salah satu kota terbesar di benua Amerika, New York telah mampu menjadi model sebagai Smart City. Selain di dukung oleh sumber daya manusia yang sebagian besar mendalami bidang IT, investor, perusahaan  serta masyarakat New York itu sendiri, maka penerapan Smart City di kota ini berjalan dengan sangat baik. Salah satu contoh smart screen yang memanfaatkan sarana telepon umum yang sudah tidak terpakai lagi untuk interaksi dengan masyarakat.
San Francisco
Kota pertama di dunia yang menerapkan prinsip Smart City. Pemerintah merangkul perusahaan untuk membantu mengelola dan mengembangkan aplikasi berbasis Smart City, seperti E-learning, E-Health, E-Commerce. Smart Environment di San Fransisco berhasil menekan 80% dengan memanfaatkan teknologi informasi, sebagaimana Smart City itu sendiri.
Seattle
Salah satu kota di kawasan Washington Amerika Serikat yang telah menerapkan Smart City dengan baik. Dukungan pemerintah dalam hal beralih ke Green Technology maka selain hemat biaya, juga ramah lingkungan. Selain itu dalam hal tenaga kerja dan bangunan Seattle menggunakan rekrutasi pegawai secara online sehingga menekan jumlah konsumsi kertas. Seattle menerapkan banyak aplikasi dan layanan berbasis mobile untuk Smart City di kotanya ini.
Santiago
Bentuk implementasi Smart City di Santiago antara lain smart eco foendly city, transportasi umum ramah lingkungan memanfaatkan energy listrik, penyediaan public charging untuk mobil dan taxi di seluruh kota,penerapan home automation system (untuk optimalisasi energy dan mengurangi pemanfaatan bahan bakar fosil), serta pemanfaatan Smart Grid.
Kawasan di Eropa
Berlin
Salah satu kota terbesar di benua Eropa sekaligus ibukota dari Negara Jerman. Berlin menerapkan teknologi V2G (Vehicle To Grid). Teknologi inimampu menciptakan virtual power plan dari kendaraan listrik di seluruh kota. Selain itu dilakukkkan peningkatan kualitas hidup, inovasi, green ness, melalui pemanfaatan sejumlah teknologi informasi saat ini.
 
Paris
Kota Paris termasuk salah satu kota besar di benua Eropa yang menerapkan Smart City dengan baik di beberapa bidang kehidupan. Salah satunya di bidang pemerintahan dengan adanya penyelenggaraan pemerintahan secara digital (E-Government)dan tata kelola pemerintahan secara digital (E-Governance). Dengan menyediakan informasi pemerintahan melalui website (komputer dan mobile), dimana masyarakat turut aktif di dalam pemberian saran, usulan, dan partisipasi aktif.
Barcelona
Barcelona menjadi satu kota terpadat di dunia, hal ini menimbulkan permasalahan sosial yang umum dihadapi oleh kota-kota lainnya. Barcelona menerapkan smart city ke dalam solusi cerdas untuk pengurangan emisi karbon, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, pemanfaatan energy dari sinar matahari, implementasi EV (Electric Vehicle),penyediaan infrastruktur untuk charging public, serta pembuatan living lab untuk smart city innovation.
http://www.cefims.eu/wp-content/themes/cefims.new/thumb.php?src=wp-content/blogs.dir/5/files/2011/03/barcelona.jpg&h=300&w=600&zc=1&q=95
Copenhagen
Ambisi kota ini salah satunya adalah menciptakan kondisi kota yang ramah lingkungan, di mana tingkat emisi karbon mencapai 0% di tahun 2025, memanfaatkan revolusi Green Technology yang banyak memberi manfaat. Dengan adanya Green Technology, Intelligence Street Lighting, serta pemanfaatan solar panel untuk energy public, menjadikan Copenhagen mampu menjadi salah satu Smart City di kawasan Eropa
Di Kawasan Australia
Melbourne
Melbourne mengimplementasikan Smart City pada banyak bidang kehidupan. Beberapa bidang kehidupan tersebut antara lain mencakup bidang tata kelola pemerintahan (E-Governance), lingkunngan hidup, kualitas hidup masyarakat. Pemanfaatan smart grid, sensor pendeteksi pulusi udara dan tingkat ambang kesehatan. Hal lainnya adalah pengadaan smart system pada layanan publik.


Sydney
Penerapan Smart City di Sydney adalah Smart Grid, yang mampu mengurangi jumlah polusi karbon sehingga tercipta teknologi ramah lingkungan dan hemat sumber daya energy. Hal lainnya adalah penyediaan akses internet di seluruh kota, implementasi Internet of Things/Machine To Machine (IOT)/(M2M)di dalam layanan publik, sarana transportasi ramah lingkungan, penyediaan teknologi Wireless Sensor Network(WSN) di penjuru kota untuk memantau polusi udara dan limbah melalui node sensor dan koneksi internet.



Canberra
Beberapa informasi mengenai implementasi Smart City di kota Canberra. Antara lain berupa Smart Grid untuk menciptakan teknologi yang ramah lingkungan, pemakaian tenaga matahari untuk sumber daya energy, penyediaan sarana transportasi ramah lingkungan,penyediaan charger publik untuk pengisian daya, koneksi internet menjangkau seluruh kota, penyajian informasi secara aplikatif dan mobile dan lain-lain.
 
Di Indonesia
Jakarta
Sebagai ibukota dari Negara Republik Indonesia, Jakarta tak mau kalah dengan kota-kota lain yang ada di Indonesia. Implementasi smart city yang ada di Jakarta antara lain E-Government, pengambilan keputusan melibatkan masyarakat secara digital, dan sejumlah layanan berbasis online. Ini juga di dukung oleh penataan kota yang lebih baik dan penyediaan akses internet di sejumlah ruang public.
 
Bandung
Kota bandung merupakan ibukota dari provinsi jawa barat dan salah satu kota terbesar di Indonesia. Kota bandung merupakan salah satu pelopor Smart City. Yang menjadi poin utama penerapan smart city di kota bandung antara lain adalah di bidang transportasi, navigasi, pembelajaran, parker, rumah, pengawasan, energy dan system peringatan dini terhadap bencana. Sejumlah produk berupa aplikasi untuk smart city yang juga banyak dirilis oleh programmer bandung. Bandung juga memiliki sejumlah kegiatan yang berhubungan dengan green computing, cloud computing dan smart city. Kegiatan tersebut diadakan oleh pemerintah kota bandung, institusi pendidikan dan sejumlah perusahaan.
Surabaya
Kota Surabaya merupakan ibukota dari provinsi Jawa Timur. Kota Surabaya menerapkan smart city di tiga bidang, yaituy Smart Governance, Smart Living dan Smart Environment. Contohnya adalah adanya sistem peringatan dini terhadap adanya bencana alam, sistem pengelolaan sampah dan pemantauan volume pembuangan sampah berbasis teknologi, sistem administrasi perijinan berbasiskan teknologi dan online untuk meningkatkan mutu layanan public, system monitoring di area publik untuk meningkatkan keamanan lingkungan dan pemantauan lingkungan non stop. Kota Surabaya memperoleh penghargaan untuk ketiga bidang penerapan smart city pada ajang Smart City Award 2011.



nah itu tadi sejumlah kota yang menerapkan smart city yang telah kami rangkum :) semoga bermanfaat :)

Daftar Pustaka:
https://faysouwakil12.wordpress.com/2014/06/27/surabaya-smart-city/ (diakses tanggal 01 januari 2016)
http://mat-dis.blogspot.co.id/2014/09/implementasi-smart-city-pada-beberapa.html (diakses tanggal 01 januari 2016)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

teori kutub pertumbuhan (growth pole)

Growth Pole Theory (Kutub Pertumbuhan) Teori ini dikembangkan oleh ahli ekonomi Perancis Francois Perroux pada tahun 1955. Inti dari teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di tiap daerah tidak terjadi di sembarang tempat melainkan di lokasi tertentu yang disebut kutub pertumbuhan. Untuk mencapai tingkat pendapatan tinggi harus dibangun beberapa tempat pusat kegiatan ekonomi yang disebut dengan growth pole (kutub pertumbuhan). Pandangan Perroux mengenai proses pertumbuhan adalah teori tata ruang ekonomi, dimana industri pendorong memiliki peranan awal dalam membangun sebuah pusat pertumbuhan. Industri pendorong ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut 1. Tingkat konsentrasi tinggi 2. Tingkat Teknologi Maju 3. Mendorong perkembangan industri di sekitarnya 4. Manajemen yang professional dan modern 5. sarana dan prasarana yang sudah lengkap Konsep Growth pole dapat didefinisikan secara geografis dan fungsional Secara geografis growth pole dapat digambar

Teori Konsentris

Teori Konsentris Kota dianggap sebagai suatu obyek studi dimana di dalamnya terdapat masyarakat manusia yang sangat komplek, telah mengalami proses interrelasi antarmanusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Hasil dari hubungan itu mengakibatkan terciptanya pola keteraturan dari penggunaan lahan. E.W. Burgess (1925), merupakan orang yang pertama kali menuangkan pengamatannya ini. Menurutnya, kota Chicago ternyata telah berkembang sedemikian rupa dan menunjukan pola penggunaan lahan yang konsentris dimana masing-masing jenis penggunaan lahan ini dianalogikan sebagi suatu konsep “natural area” . Dari pengamatannya, suatu kota akan terdiri dari zona-zona yang konsentris dan masing-masing zona ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan yang berbeda. Dari hal ini, kemudian menyebabkan Burgess terkenal dengan teori konsentrisnnya ( Concentric Theory ).                                   Gambar 1. Model Zone Konsentris Burges Seperti terlihat pada model diatas, daera

Teori Livable City

Teori Livable City Livable City merupakan sebuah istilah yang menggambarkan sebuah lingkungan dan suasana kota yang nyaman sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat untuk beraktivitas yang dilihat dari berbagai aspek baik aspek fisik (fasilitas perkotaan, prasarana, tata ruang, dll) maupun aspek non-fisik (hubungan sosial, aktivitas ekonomi, dll). Beberapa definisi Livable City diantaranya : “The coin of livability has two faces : Livehood is one of them, ecological sustainability is the other” (P.Evans,ed 2002. Livable Cities ? Urban Struggles for Livelihood and Sustainability) “A Livable city is a city where I can have ahealthy life and where I have the chance for easy mobility… The liveable city is a city for all people” (D.Hahlweg,1997. The City as a Family) Beberapa institusi telah mengadakan beberapa penilaian mengenai Livable City ini, diantaranya adalah : a.    Americas Most Livable Communities , yang menilai tingkat kenyamanan hidu